Demokrasi Parlementer
Di Indonesia sebelum menganut sistem pemerintahan Demokrasi Terpimpin, pernah m,enganut sistem Demokrasi Parlementer. Pada masa itu ada 7 kabinet yang memegang sistem pemerintahan. namun kabinet mengalami jatuh bangun menjalankan sistem pemerintahan di Indonesia. sehongga pemerintahan di Indonesia tidak berjalan dengan sebagaomana mestinya. Dan juga kabinet sering kali mengalami pergantian kabinet.Apa sih sebenarnya Demokrasi parlementer itu? Di bawah ini saya akan membahas tentang Demokrasi Parlementer dan hal hal yang berkaitan dengan Demokrasi Parlementer.
Demokrasi parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan yang parlemennya memiliki peranan penting dalam pemerintahan dan ditandai
dengan berjalannya sistem kabinet parlementer.Kabinet
parlementer adalah kabinet disusun menurut perimbangan kekuatan kepartaian
dalam parlemen dan sewaktu-waktu dapat dijatuhkan oleh wakil-wakil partai dalam
parlemen, presiden hanya merupakan lambang kesatuan saja.
Pada Demokrasi Parlementer ada istilah yang disebut dengan zaken kabinet (kabinet djuanda), zaken kabinet adalah kabinet yang beranggotakan dari kalangan nonpartai (kalangan professional).
Lalu alasan sering kali terjadi pergantian
kabinet adalah adanya perbedaan kepentingan diantara
partai partai yang ada dan perbedaan diantara partai-partai tersebut tidak pernah
dapat terselesaikan dengan baik dan juga
munculnya mosi tidak percaya terhadap suatu kabinet.
7 kabinet pada masa Demokrasi Parlementer beserta program kerja dan alasan pembubarannya adalah sebagai berikut:
1.
Kabinet Natsir (Masyumi) 1950-1951
Program kerja dari Kabinet Natsir antara lain sebagai
berikut:
·
Menggiatkan usaha keamanan dan ketenteraman.
·
Konsolidasi dan menyempurnakan pemerintahan.
·
Menyempurnakan organisasi angkatan perang.
·
Mengembangkan dan memperkuat ekonomi kerakyatan.
·
Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.
Penyebab jatuhnya Kabinet Natsir
dikarenakan kegagalan Kabinet ini dalam menyelesaikan masalah Irian Barat dan
adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah
mengenai DPRD dan DPRDS.
2.
Kabinet Sukiman (Masyumi) 1951-1952
Berikut Program Kerja Kabinet Sukiman antara lain sebagai
berikut:
·
Menjalankan berbagai tindakan tegas sebagai negara hukum
untuk menjamin keamanan dan ketenteraman serta menyempurnakan organisai
alat-alat kekuasaan negara.
·
Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam
jangkapendek untuk mempertinggi kehidupan sosial ekonomi rakyat dan mempercepat
usaha penempatan bekas pejuang dalam pembangunan.
·
Menyelesaikan persiapan pemilu untuk membentuk Dewan
Konstituante dan menyelenggarakan pemilu dalam waktu singkat serta mempercepat
terlaksananya otonomi daerah.
·
Meyiapkan undang-undang (UU) pengakuan serikat buruh,
perjanjian kerja sama, penetapan upah minimum, dan penyelesaian pertikaian
buruh.
·
Menjalankan politik luar negeri bebas aktif.
·
Memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia
secepatnya.
Kejatuhan Kabinet Soekiman merupakan
akibat dari ditandatanganinya persetujuan bantuan ekonomi dan persenjataan dari
Amerika Serikat kepada Indonesia atas dasar Mutual Security Act ( MSA ).
3.
Kabinet Wilopo (PNI) 1952-1953
Program kerja Kabinet Wilopo antara lain sebagai berikut:
·
Mempersiapkan pemilihan umum.
·
Berusaha mengembalikan Irian Barat ke dalam wilayah Republik
Indonesia.
·
Menigkatkan keamanan dan kesejahteraan.
·
Memperbarui bidang pendidikan dan pengajaran.
·
Melaksanakan politik luar negeri bebas dan aktif.
Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah
mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo.
Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada presiden pada tanggal 2 Juni
1953.
4.
Kabinet Ali Sastoamijoyo I (PNI) 1953-1955
Program empat pasal sebagai berikut:
·
Program dalam negeri, anatara lain meningkatkan kemanan dan
kemakmuran, serta segera diselenggarakan pemilihan umum.
·
Pembebasan Irian Barat secepatnya.
·
Program luar negeri, antara lain pelaksanaan politik bebas
aktif dan peninjauan kembali ke persetujuan KMB.
·
Penyelesaian pertikaian politik.
NU menarik dukungan dan menterinya dari
kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya inilah yang memaksa Ali harus
mengembalikan mandatnya pada presiden.
5.
Kabinet Burhanuddin Harahap (Masyumi) 1955-1956
Berikut
program kerja Kabinet Burhanddin Harahap:
·
Mengembalikan kewibawaan moral pemerintah, dalam hal ini
kepercayaan Angkatan Darat dan Masyumi.
·
Akan dilaksanakan pemilihan umum, desentralisasi, memecahkan
masalah inflasi, dan pemberantasan korupsi.
·
Perjuangan mengembalikan Irian Barat ke Republik Indonesia.
Setelah hasil pemungutan suara diumumkan
dan pembagian kursi di DPR diumumkan, maka tanggal 2 Maret 1956, Kabinet
Burhanuddin Harahap mengundurkan diri, menyerahkan mandatnya kepada Presiden,
untuk dibentuk kabinet baru berdasarkan hasil pemilihan umum.
6.
Kabinet Ali Sastroamijoyo II (PNI) 1956-1957
Program pokok Kabinet Ali Sastroamijoyo II antara lain
sebagai berikut:
·
Pembatalan KMB.
·
Perjuangan mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Reupblik
Indonesia.
·
Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan ekonomi,
keuangan, industri, perhubunan, pendidikan, serta pertanian.
·
Melaksanakan keputusan Konferensi Asia Afrika.
Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi
(Januari 1957), membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan menyerahkan
mandatnya pada Presiden pada tanggal 14 Maret 1957.
Program-program Kabinet Karya (Kabinet Djuanda) sebagai
berikut:
·
Membentuk Dewan Nasional.
·
Normalisasi keadaan Republik Indonesia.
·
Melanjutkan pembatalan KMB.
·
Memperjuangkan Irian Barat kembali ke Republik Indonesia.
Berakhir saat presiden Sukarno
mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak baru sejarah RI
yaitu Demokrasi Terpimpin.
#sejarah_7kabinetparlementer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar